h1

Iman dan Taqwa landasan mencapai kesuksesan

Oktober 23, 2008

Oleh Kholid Syamhudi

Kita diciptakan didunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan ini telah dijelaskan dalam firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58)

Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari penciptaan manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik.

Sehingga Allah pun menjelaskan salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok manusia yang belum mengetahui hikmah tersebut dengan menyakini mereka diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya :

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. 23:115)

Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya didunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka.

Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap profesional dan proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab sesungguhnya tujuan akhir seorang manusia adalah mewujudkan peribadatan kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)

Namun untuk mencapai kemulian tersebut membutuhkan dua hal:

1, I’tishom bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan berusaha merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara yang berikutnya, yaitu;

2, I’tishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakkal dan berserah diri serta memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan yang pertama tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari rintangan mengamalkannya.

Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti membutuhkan dua hal, pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan kedua, selamat dari rintangan yang menghalangi terwujudnya tujuan tersebut.

Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi ada pada I’tishom billahi dan I’tishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan I’tishom bi hablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan I’tishom billahi melindungi seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang berjalan mencapai (keridhoan) Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju tujuannya. Ia pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini. Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan menunjukinya kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi alat keselamatan dari para perampok dan halangan perjalanan. I’tishom bi hablillah memberikan hidayah petunjuk dan mengikuti dalil sedang I’tishom billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang menjadi penyebab keselamatannya di perjalanan.[1]

Oleh karena itu hendaknya kita menekuni bidang kita masing-masing sehingga menjadi ahlinya tanpa meninggalkan upaya mengenal, mengetahui dan mengamalkan ajaran islam yang merupakan satu kewajiban pokok setiap muslim. Agar dapat mencapai tujuan penciptaan tersebut dengan menjadikan keahlian dan kemampuan kita sebagai sarana ibadah dan peningkatan iman dan takwa kita semua.

Tentu saja hal ini menuntut kita untuk dapat mengambil faedah dan pengetahuan tantang syariat sebagai wujud syukur kita atas nikmat yang Allah anugerahkan. Semua itu agar mereka mengakui bahwa mereka adalah makhluk yang tunduk dan diatur dan mereka memiliki Rabb yang maha pencipta dan maha mengatur mereka.

Mudah-mudahan bermanfaat.

perhatian: Makalah ini adalah wakaf, dipersilahkan bagi siapa yang mengcopi, menukil dan emenyebarkannya baik dengan nama penulis atau tidak.


[1] Pernyataan beliau diambil dari kitab Bada’I Al Tafasir Al Jaami’ Litafsir imam Ibni Qayyim Al Jauziyah, karya Yasri Al Sayyid Muhammad, terbitan Dar Ibnul Jauzi 1/506-507.

8 komentar

  1. BLOGNYA KEREN AKHY, TERUSLAH PRODUKTIF NULIS. INI SANGAT BERGUNA


  2. subhanalloh


  3. assalamualaikum…ustadz?? sehat?? mudah2n ustadz sekeluarga slalu dalam rahmat Allah… 🙂 ana ngelink ustadz…barokallahu fiik


  4. Cara Cepat dan Mudah Belajar Baca dan Terjemah Kitab Bahasa Arab Hanya 8 atau 16 Pertemuan

    FAKTA LUGHATUNÂ
    Terbukti: hanya dengan syarat mampu membaca Alquran, dalam 16 pertemuan mampu MEMBACA dan MENERJEMAH KITAB BAHASA ARAB

    http://www.lughatuna.com
    (021) 982 941 24
    e-mail: lughatuna@yahoo.com

    Pada Ahad, 29 Rabiul Awwal 1429 / 6 April 2008, bertempat di Masjid Wadhah Albahr Pusdiklat Dewan Dakwah Tambun Bekasi Jawa Barat, Lughatunâ Arabic Course mengajak kaum Muslimin/Muslimat sekitar menyaksikan keberhasilan Lughatunâ Arabic Course mengantarkan peserta didiknya (yang sebelumnya tidak mengenal bahasa Arab, kecuali bisa membaca Alquran) mampu membaca kitab bahasa Arab (sumber bacaan kitab adalah Zâdul-Ma`âd, jilid 1, hal. 248-250) hanya dalam waktu maksimal 16 pertemuan (per pertemuan 40 menit x 5 jam pelajaran). Bagaimana caranya? Buku Lughatunâ adalah kunci sukses pendidikan bahasa Arab di Lughatunâ Arabic Course.

    BUKU LUGHATUNÂ? Buku Lughatunâ memuat hal-hal yang paling pokok tentang Nahw (tata kalimat) dan Sharf (tata kata) dalam bahasa Arab. Materi yang dipilih berdasarkan pada seringnya suatu tata kalimat atau tata kata digunakan. Materi dan tadribat (latihan) menampilkan penggunaan bahasa dalam lingkup ibadah yang menjadi keseharian individu Muslim, selain juga menggunakan nas-nas (teks-teks) Alquran. Hal lain, buku Lughatunâ disertai cara pembelajaran yang akan membantu Anda mempelajari materi ajar secara mandiri dengan mudah dan cepat, insya Allah.

    BUKU LUGHATUNÂ KAYA INOVASI

    Apa yang membedakan buku Lughatunâ dengan buku pelajaran bahasa Arab lainnya?

    1. Buku Lughatunâ disusun berdasarkan prinsip dan karakteristik warga belajar dewasa.

    2. Buku Lughatunâ disusun untuk pemula.
    Buku Lughatunâ ditulis dengan bahasa Indonesia, sehingga memudahkan bagi pemula yang ingin belajar bahasa Arab. Hanya disyaratkan telah mampu membaca Alquran untuk dapat mempelajari buku Lughatunâ.

    3. Buku Lughatunâ disertai alat pembelajaran.
    Sebagai upaya agar buku Lughatunâ dapat dipelajari secara mandiri, buku Lughatunâ disertai alat pembelajaran, seperti:

    a. Memaparkan cara membentuk kata atau kalimat selangkah demi selangkah, khuthwatan fa-khuthwatan, step by step.

    b. Materi disusun secara hierarki dan berurutan serta disertai tadribat (latihan) secara terpisah.

    c. Halaman buku Lughatunâ dibagi dua.
    i. Badan halaman: memuat pokok bahasan materi.
    ii. Tepi halaman: memuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan materi pada badan halaman, atau simpulan materi yang telah lalu.

    d. Menggunakan dua warna: (1) hitam, digunakan untuk huruf-huruf dari kata dasar; dan (2) abu-abu [hitam 50-70 %], digunakan untuk imbuhan (awalan, sisipan dan akhiran) kata.

    4. Buku Lughatunâ menggunakan kosa kata seputar ibadah dan ayat-ayat Alquran.|a


  5. Alhamdulillah…. keren abis, salam kenal buat para ustadz…


  6. Assalamu’alaykum…
    Salam kenal akhi…do’akan ana semoga bisa mengikuti manhaj yang benar yaitu manhaj para salafus sholeh dan sabar dalam meniti jalannya.
    Jazakallooh…
    Wassalamu’alaykum…

    Dari seseorang yang baru mengenal salaf


  7. salam ziarah..=)


  8. Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuhu, Ustadz mohon bantuannya untuk menyebarkan (POSTING) pengumuman ini :

    Hadirilah Tabligh Akbar Pontianak 2009
    UNTUK UMUM

    PEMATERI :
    Ust. Abu Ahmad Zainal Abidin, LC
    Alumni LIPIA

    Materi :
    “Sihir, dukun dan paranormal”
    Jum’at, 13 Februari 2009 Pukul 19.30 WIB (Ba’da Shalat Isya)
    Di Masjid raya Mujahidin Pontianak, Jl. Jend. Ahmad Yani Pontianak

    “Tasyabbuh dalam Islam”
    Sabtu, 14 Februari 2009 Pukul 08.00 WIB
    Di Masjid Al Muhtadin Kampus UNTAN, Universitas Tanjungpura
    Acara ini diselenggarakan oleh :
    Majelis Ta’lim Raudhotut Tholibin

    Contact Person :
    Wahyudin 081345316172
    Waldi 05617007447
    Pamflet KLIK DISINI

    Jazakumullah….



Tinggalkan komentar