h1

April 8, 2008

Dakwah & Kewajibannya

Dalam

Tinjauan Manhaj Salaf.

Oleh Kholid Syamhudi

Dakwah merupakan jalannya para rasul dan para pengikutnya. Juga merupakan tugas utama mereka dalam memperbaiki keadaan umat manusia. Demikianlah Rasululloh diutus untuk berdakwah kepada tauhid dan akhlak yang mulia. Itu tidak hanya beliau, bahkan Rasul sebelumnyapun demikian.

Dakwah dan pembinaan generasi umat dengan segala lapisan dan tingkatannya merupakan tugas agung. Para rasul dan para pengikutnya selalu bersemangat dalam menjalankannya. Mereka sangat antusias dalam menunjuki manusia kejalan Allah.

Lihatlah kisah nabi Nuh yang dikisahkan Allah dalam Al Qur’an.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلاَّ خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Surat Al ‘Ankabut:14) dalam waktu yang demikian panjangnya beliau berdakwah dengan kesungguhan dan kesabarannya. Lihatlah firman Allah:

إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَآ جَآءَ لاَيُؤَخَّرُ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَارًا فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِى إِلاَّ فِرَارًا وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan):”Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”. Nuh berkata:”Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. Nuh berkata:”Ya Rabbku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mangampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, (Surat Nuh :1-9)

Beliau berdakwah siang dan malam, kemudian terang-terangan lalu menyatukan cara terang-terangan dengan diam-diam. Inilah sebenar-benarnya kesungguhan dalam nasehat dan penyampaian risalah.[1] Ibnu ‘Atiyah menyetakan: “makna Jihar (terang-terangan disini) adalah mengajak mereka di perayaan dan tempat berkumpulnya mereka dan Israr (diam-diam) adalah mendo’akan setiap orang dari mereka”

Imam Al Qurthubiy menyatakan dalam tafsir ayat-ayat ini: “Semua ini merupakan kesungguhan dalam dakwah dan lemah lembut dalam mengajak orang dari nabi Nuh”.[2]

Demikian juga kisah Ibrohim dan Ya’quub dalam dakwah kepada Allah, sampai keduanya masih berdakwah menjelang wafat. Sebagaimana firman Allah :

وَوَصَّى بِهَآإِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبَ يَابَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ أَمْ ُكنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتَ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلاَهاً وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. (Ibrahim berkata):”Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:”Apa yang kamu sembah sepeninggalku”. Mereka menjawab:”Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”. (Surat Al Baqorah :132-133).

Adapun semangat Rasululloh dalam menunjuki manusia kejalan Allah sudah dikenal dan masyhur sekali.

Hal ini mestinya menjadi panduan dan contoh kepada kita dalam berdakwah untuk memperbaiki keadaan masyarakat kita.

Apa itu Dakwah?

Dakwah kepada Allah bermakna mengajak manusia untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Hal itu mengandung perintah melaksanakan segala kebaikan dan larangan melakukan segala kejelekan. [3] Allah berfirman dalam menjelaskan pengertian dakwah :

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Surat Al Baqorah:221)

dan firman Allah dalam mengkhabarkan kisah orang mukmin dari keluarga Fir’aun :

وَيَاقَوْمِ مَالِى أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ تَدْعُونَنِي لأَكْفُرَ بِاللهِ وَ أُشْرِكَ بِهِ ما لَيْسَ لِيْ بِهِ عِلْمٌ وَ أَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ

Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Surat ghofir:41-42)

Syeikhul Islam berkata: ‘Ia merupakan dakwah menuju iman kepada Allah dan semua berita yang dibawa para Rasul dan menta’ati para Rasul dalam semua perintah mereka. Dakwah kepada hal ini termasuk dakwah kepada Allah’.

Jadi dakwah kepada Allah adalah perintah dan ajakan kepada manusia untuk melaksanakan semua perintah Allah berupa iman kepadaNya dan kepada ajaran para RasulNya.

Dakwah jalan hidup Rasululloh dan pengikutnya.

Demikianlah dakwah merupakan jalan hidup Rasululloh dan pengikutnya, sebagaimana firman Allah:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاوَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَآأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِي

Katakanlah:”Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Surat Yusuf:108)

Dari ayat yang mulia ini kita dapat mengambil beberapa faedah dalam permasalahan dakwah, diantaranya:

1. Urgensi ikhlas dalam berdakwah.

2. urgensi ilmu dalam berdakwah

3. kewajiban berdakwah pada umat ini.

4. kewajiban mengikuti manhaj Rasul dan salaf dalam berdakwah kepada Allah.

Urgensi Ikhlas dalam Berdakwah

Dakwah tidak akan menghasilkan buahnya di dunia dan akherat sampai bersih dari noda-noda riya’, syirik dan kebidahan. Sebagaimana telah dilakukan para Nabi yang telah dikisahkan Allah dalam Al Qur’an.

Hal ini menuntut seorang da’I agar bersih dan benar dalam aqidah dan manhajnya dengan mewujudkan manhaj rasululloh yang telah diaplikasikan para salafu Al Sholih. Sehingga salah bila seseorang mengangkat panji dakwah yang masih bercampur dengan kesyirikan dan kebidahan. Dari sini jelas juga urgensi dakwah tauhid dan dakwah mengamalkan sunnah.

Urgensi ilmu dalam berdakwah

Dakwah yang ikhlas menuntut seorang da’I untuk berilmu dan mengerti Al Qur’an dan Sunnah agar dapat membersihkan dirinya dari noda kesyirikan dan kebid;ahan, karena dengan ilmu seseroang dapat mengetahui kebenaran dakwahnya. Bagaimana bias menjadi da’I kepada syaria’t orang yang tidak mengerti syari’at????

Kewajiban Dakwah atau Amar Ma’ruf Nahi Mungkar [4]

Dakwah dapat disamakan dengan amar ma’ruf nahi mungkar, karena dakwah berisikan ajakan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dengan demikian dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah l kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan As-Sunnah serta Ijma’ para Ulama.

Dalil Al Qur’an

Firman Allah l,

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (surat Al-Imran:104).

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”.[5]

Dan firman-Nya,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (surat Al-Imran :110).

Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.[6]

Dalil Sunnah

Sabda Rasulullah n,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman (Riwayat Muslim).

Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya:

1. Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.[7]

2. Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah l telah menegaskan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”.[8]

3. An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar”.[9]

4. Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak kejayaannya”.[10]

Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.

Apa itu salaf?

Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan.

Berkata Ibnul Mandzur(lisanul Arab 9/159): ‘Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabiin dinamakan As-Salafush sholeh.’ Hal ini didukung dengan perkataan Rasululloh n kepada putrinya Fathimah d :

فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ

Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf ) bagimu adalah aku [11]

Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti mereka. Sebagaimana pernyataan Al Qalsyaany dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risaalah (q 36): Assalaf Ashsholih adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya lagi mengikuti petunjuk rasululloh dan menjaga sunnahnya. Allah l telah memilih mereka untuk menegakkan agamaNya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat. Mereka telah benar-benar berjihad di jalan Allah l dan menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat, serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoanNya.

Keistimewaan Manhaj Salaf dalam berdakwah

1. Manhaj salaf ditegakkan diatas Syari’at dan bersumber kepada Al Qur’an dan Sunnah.

Manhaj salaf bersumber kepada Al Qur’an dan sunnah yang telah dijadikan dasar kemenangan dan kejayaan umat ini. Keistimewaan inilah yang dijelaskan Al Qur’an dan Sunnah dan diseru para salaf al sholih, karena ia adalah sebab kesuksesan dan kemenangan dan sebab persatuan dan kesatuan.

Diantara dalilnya adalah:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Surat Al Nuur:51)

2. Manhaj salaf mewujudkan kemaslahatan dunia dan agama

Berdakwah diatas ketentuan manhaj salaf akan mewujudkan kemaslahatan besar terhadap umat ini, baik dalam masalah agama ataupun dunia, baik untuk para da’I atau mad’unya. Sebab berjalan diatas syari’at dalam berdakwah merupakan kunci keamanan, ketentraman, ketenangan dan kemudahan. Dalilnya adalah sabda Rasululloh:

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ

Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi sebelumku kecuali wajib baginya menunjuki umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan kejelekan yang ia ketahui.[12]

3. Manhaj salaf akan selalu dimenangkan Allah sampai hari kiamat.

Ini keistimewaan yang Allah berikan kepada manhaj salaf. Dalilnya adalah:

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (Surat Al Mu’min (Ghofir):51)

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Barang siapa yang Allah kehendaki mendapat kebaikan maka difaqihkan dalam agama, sesungguhnya aku hanyalah pembagi sedangkan Allahlah yang memberi. Senantiasa umat ini tegak diatas perintah Allah tidak merugikan mereka orang yang menyelisihinya sampai dating hari kiamat.

Oleh karena itu seorang da’I harus berpegang teguh kepada manhaj ini dan tidak berpaling darinya sedikitpun.

Target syar’I dalam berdakwah menurut pemahaman salaf.

Ayat dan hadits-hadits menunjukkan bahwa target syar’I dalam berdakwah kepada Allah menurut manhaj salaf adalah dua:

1. Melepas kewajiban menegakkan hujjah kepada mad’u

2. Mengharap para mad’u mendapatkan hidayah Allah.

Hal ini ditunjukkan firman Allah:

وَسْئَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لاَيَسْبِتُونَ لاَتَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ فَلَمَّا نَسُوا مَاذُكِّرُوا بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بِئْسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ فَلَمَّا عَتَوْا عَن مَّانُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada disekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat diantara mereka berkata:”Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab dengan azab yang amat keras”. Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu, dan supaya mereka bertaqwa”. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya:”Jadilah kamu kera yang hina”. (Surat Al A’rof:163-166)

Dakwah salaf dalam meperbaiki kerusakan masyarakat.

Dakwah salafiyah yang tegak diatas ketentuan manhaj salaf umat ini adalah dakwah yang komprehensif dan universal dalam seluruh sisi kehidupan masyarakat. Karena dakwah salafiyah adalah dakwah islam yang menyeluruh dalam semua sisi ajarannya. Dakwah ini dating untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik kepada cahaya tauhid, dari syubhat dan bid’ah kepada kesatuan sunnah dan aqidah dan dari adzab maksiat kepada kelapangan taat dan cahayanya.

Dakwah salafiyah adalah dakwah yang bertahap-tahap, memulai dari perintah Allah yang terbesar yaitu Tauhid dan dari larangan terbesar yaitu Syirik. Maka barang siapa yang berdakwah dengan bertahap mengambil yang paling pendting kemudian yang setelahnya sesuai ajaran Al Qur’an dan sunnah, maka ia telah berada diatas jalan yang lurus dan manhaj yang benar.[13]

Manhaj bertahap ini (tadarruj) tidak berarti tidak mengingkari kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi dihadapannya. Namun walaupun bertahap, tetap memberikan perhatian serius terhadap kemaksiatan dan kemungkaran yang timbul dalam masyarakatnya dan mengajak orang meninggalkannya. Ini sebagaimana sabda Rasululloh :

Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya dan bila tidak mampu maka dengan lisannya dan bila tidak mampu juga maka dengan hatinya.[14]

Allah mengutus Rasululoh untuk memperbaiki alam semesta dan merealisasikan kemaslahatan manusia, sebagaimana sabda beliau:

Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi sebelumku kecuali wajib baginya menunjuki umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan kejelekan yang ia ketahui

Maka Syari’at islam dibuat untuk mewujudkan dan menyempurnakan kemaslahatan, memperkecil kerusakan dan memperingkannya.

Syeikhul Islam berkata: ‘Sungguh Syariat Islam ada untuk meeujudkan dan menyempurnakan kemaslahatan dan menghilangkan dan memperkecil kerusakan’.[15]

Kalau demikian maka dakwah yang tegak diatas manhaj salaf memiliki tujuan mewujudkan kemaslahatan dan menghapus kerusakan sesuai kemampuannya. Memulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Berdasarkan hal ini manhaj salaf sangat memperhatikan perbaikan kerusakan yang terjadi pada masyarakat kaum muslimin dari perkara-perkara yang menyelisihi syari’at. Dakwah salaf adalah dakwah yang sempurna kepada realisasi kalimat tauhid dalam semua sisi kehidupan masyarakat.

Semoga bermanfaat.


[1] Dari perkataan Abul Qaasim Al Ghornathiy dalam At Tashil Liulumit Tanziil 4/161.

[2] Taafsiir Qurthubiy 18/301 dinukil dari Al Hirshu ‘Ala Hidayatin Nas hal 12.

[3] Usus Manhaj Salaf Fi Dakwah Ila Allah karya Fawaaz Halil Rabaah Al Suhaimi, cetakan pertama tahun 1423, Dar Ibnu ‘Afaan, Kairo, Mesir. Hlm 31.

[4] Disarikan dari buku Hakikat Al Amr Bil Ma’ruf wan Nahi ‘Anil Mungkar, karya Dr. Hamd bin Nashir Al Amaar, hal. 39-40 dan Makalah Al Amr Bil Ma’ruf wan Nahi Anil Mungkar Bainal Ifraath wat Tafriith, karya Dr.Ali n ashir Al Faqihiy, dalam Majalah Al-Furqaan edisi 144, 21 Shafar 1422 H, hal.20 serta Al Amr Bil Ma’ruf wan Nahi ‘Anil Mungkar, Ibnu Taimiyah.

[5] Lihat tafsir Al Quran Al Karim karya Ibnu Katsir 1/339-405

[6] Lihat Asy-Syaukaniy, Fathul Qadir, 1/453

[7] Ibnu Hazm, Al-Fashl Fil Milal Wan Nihal, 5/19.

[8] Al-Jashash, Ahkamul Qur’an , 2/486

[9] An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 2/22.

[10] Asy-Syaukaniy, Fathul Qadir, 1/450.

[11] HSR Muslim No. 2450

[12] HSR Muslim no. 1844.

[13] Lihat Usus manhaj Salaf Fi Dakwah Ila Allah hlm 98.

[14] HSR Muslim no. 49

[15] Majmu’ Fatawa 20/6.

Tinggalkan komentar